Partisi Sedih dan Partisi Senang

Inilah pertama kalinya saya nge-blog sehabis sahur. Saya pernah baca di KasKus kalau ternyata minimal setelah sahur kita mesti terjaga setidaknya 1-2 jam dengan alasan metabolisme yang masih bekerja pada tubuh kita. Sebenarnya menurut pakar kesehatan, ini bisa diakali dengan tidur sambil duduk, tapi yah..tidur sambil duduk sama sekali bukan solusi untuk mendapatkan kenikmatan istirahat yang hakiki..hehe..

Itu baru alasan pertama dan sekunder. Alasan utama apalagi kalau bukan perut yang membuncit dan mengundang keprihatinan banyak pihak yang menyamakan perut saya dengan ayah saya. Jadi, saya ingin tampil berbeda dari ayah saya karena toh, saya bukanlah ayah saya. Jadi doakan tekad menguruskan perut akan berhasil setidaknya selama Ramadhan ini.

Ngomong-ngomong saya baru bisa tidur jam 1 tadi malam. Entah kenapa selama Ramadhan ini, saya jadi susah tidur di bawah jam 12 malam. Mungkin karena efek tidur siang yang terlampau panjang..hehe..sehingga menjadikan kantuk pergi saat malam. yah..apa boleh buat..

Kalau anda menanyakan apa saya sudah dalam kondisi stabil mengingat beberapa cobaan besar menghalangi saya beberapa waktu lalu, maka akan saya jawab bahwa saya sedang dalam proses mencapai fase kestabilan itu, baik dalam pikiran dan emosi. Saya bersyukur karena saya setidaknya sudah berupaya untuk kembali ke jalur yang benar. Buat anda yang mengalami cobaan seperti saya, cobalah untuk merenung sendirian. Kira-kira sanggupkah kita menampung pikiran dan emosi yang bergejolak yang menjadikan kita labil dan seolah-olah berubah bagi lingkungan kita? Kalau anda bisa, selamat ! Tapi jawaban bisa menurut saya hanya justifikasi bagi anda dan alasan anda, setidaknya agar anda terlihat tangguh di luar, namun sebenarnya rapuh di dalam. Ingat. Tangguh di luar, namun rapuh di dalam.

Kita, manusia, saya kira tidak benar-benar sanggup untuk menghadapi beberapa cobaan yang kadarnya 'luar biasa'. Untuk itulah, kita perlu pihak lain untuk berbagi beban kita. Teman, pacar, orangtua? itu bisa jadi. Tapi, ingat! mereka manusia dan mereka sama seperti kita. Ditambah lagi terkadang mereka tidak mengalami apa yang kita rasakan. Jadi, sebenarnya mereka hanya meng-cover sebagian kecil bagian hati kita yang rapuh. 

Anda perlu sesuatu yang 'Maha'. Anda bisa temukan itu pada Tuhan, tak peduli agama anda. Dalam kasus ini, karena saya mengimani Allah Swt sebagai Tuhan saya, maka saya mengadukan  persoalan saya pada-Nya. Memang belum tentu menyelesaikan kasus anda secara utuh, tapi setidaknya anda tidak sendirian dalam menanggung beban anda. Saya pernah merasakan menjadi seorang yang 'semi-atheist' tapi ternyata saya merasa sangat sepi dan sendiri dalam menjalani hidup. Ya, cobaan yang besar tadi terlalu berat jika anda menanggungnya sendiri. Anda perlu Tuhan.

Saya selalu menghibur diri saya. Memang terkadang saya melihat orang begitu bahagia ketika ada pada posisi saya. Bercanda ria dengan pasangan dan mendapatkan IP semester yang baik. Lihatlah senyum mengembang begitu lebar di wajah mereka, sedang mendung menaburi wajah saya. Saya selalu mempertanyakannya. Saya mengutip salah satu quote pada film Pursuit of Happyness (saya amat merekomendasikan anda untuk menontonnya) : "Why they look so damn happy to me?". Kadang kita bertanya seperti itu. Mengapa orang lain selalu terlihat bahagia sedangkan saya tidak bisa?

Sebagai orang yang pernah merasakan jatuh ke titik kulminasi hidup saya, saya bisa memahami pertanyaan yang wajar itu. Tapi ingat, saya baru sadar Tuhan membagi-bagi kehidupan tiap manusia menjadi beberapa partisi yang bersifat senang dan sedih. Tiap manusia mendapatkan partisi yang proporsional dan unik. Jadi, kalau sekali lagi pertanyaan itu muncul, ingatlah fakta bahwa mereka sedang berada dalam partisi yang senang, sedangkan kita berada pada partisi yang sedih. Tapi keadaan itu dinamis dan yakinlah suatu saat anda akan mengalami partisi senang anda, tapi bukan sekarang. Ada waktunya. Yakinlah semakin deras airmata anda menangis meratapi kesedihan anda, semakin lebar senyum anda ketika partisi senang itu tiba. Dan lagi, Tuhan punya berbagai cara indah menghadirkan partisi senang itu di hadapan anda. Setidaknya itu yang saya yakini.

Well, saya harap siapapun yang membaca ini, yang sedang bersedih atau lebih tepatnya berada pada partisi sedih seperti saya sekarang, mari kita bangkit bersama-sama. Jangan terlalu lama mendengarkan lagu-lagu melankolis. Coba sesuatu yang baru. Coba lagu-lagu yang bertemakan euforia dan motivasi.

Saya bukan motivator, tapi saya sedang berada pada posisi anda. Setidaknya kita berada pada partisi sedih kita masing-masing saat ini. Mari serahkan pada-Nya. Hidup kita akan lebih ringan ketika kita ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya pada-Nya. Tentu saja. Dia Maha Besar. 

Wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass