Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Tsunami Remembrance

On this day, 11 years ago. I was playing with my little sister when the breaking news came in. We all shocked. It was pretty intense. My mom tried to make contact to our relatives over and over only to find that all communication channels had been disrupted. 11 years have passed, Damaged mosques, houses, and buildings have been rebuilt with anti-seismic technology along with evacuation plans. We are no longer in armed conflict. We live in peace. Things changed. But still we can't just throw our memories away related to that event. We still have to remember how hard tsunami hit us To learn that we are nobody in this universe. To learn that the power is not ours. We pray for the victims. We remember them. This day will be the reflection for us who are lucky enough to be alive until this day. #TsunamiRemembrance

Kita adalah Kumpulan Penjilat

Anak SD menjilat gurunya demi nilai, Anak SMP dan SMA tak lepas pula melakukannya Mahasiswa Baru menjilat seniornya demi posisi strategis di himpunan Mahasiswa seniornya tak sungkan menjilat Dosen dan Alumni Almamaternya Demi nilai, penghargaan, ego, dan koneksi solid Demi penghidupannya kelak, Para karyawan kerap menjilat para atasannya demi mutasi menguntungkan bagi diri mereka Para Atasan berupaya keras menjilat para pemegang saham demi keberlangsungan posisi empuknya

Artifisial

Perhatikan lingkungan kita akhir-akhir ini sosial media menjangkiti kita secara akut hingga sendi-sendi kehidupan dipaksakan untuk selaras dengan detak ritme sosmed setiap harinya Tak terhitung berapa banyak benda-benda artifisial yang muncul dalam linimasa atau dinding imajiner itu kita yang pendiam mendadak berubah menjadi seorang yang pamer kita yang dahulu mencibir sang pelaku pamer tergelincir secara ironis menjadi pelaku pamer itu sendiri pernikahan yang sakral dan syahdu berubah menjadi artifisial dan kompetitif antara satu dan lainnya hubungan yang intim dan personal menjadi terserak di ruang publik tanpa filter Kelucuan dan kegemasan terhadap anak harus juga dirasakan oleh teman-teman, yang bahkan belum beruntung memiliki anak makanan yang menjadi pemuas kebutuhan dasar kita mendadak menjadi karya seni mahal yang menandai status sosial kita Perjalanan menelusuri gunung dan pantai yang privat berubah wujud menjadi pencapaian yang dilombakan dan dibanggakan