15 Agustus yang Beku

Teta istriku,
tiap tetes air mata adalah hal yang normal
tiap tetes air mata di pipimu membangkitkan keharuan yang meledak-ledak dalam diriku
kuredam demi terlihat kuat di depanmu
di depan ragamu yang bergetar mengantar papa pergi

Teta istriku,
menangislah
menangislah untuk meringankan beban yang tercekat di tenggorokanmu
menangislah untuk membuang duka yang membuncah di pelupuk matamu
menangislah demi menjadi manusia biasa

Teta istriku
di balik duka kehilangan orang yang tak mungkin kugantikan
kutawarkan cinta yang sederhana
cinta yang cukup menjadi penawar dari danau dukamu yang tak terbendung 
cinta yang menghangatkanmu ketika dingin menyergap
cinta yang menyelimutimu dari langit-langit kamar papa yang menjatuhkan kenangan

Teta istriku
ketahuilah kehilangan itu menyakitkan
tapi kelak kita semua akan berkumpul di tempat yang terbaik
semua hanya masalah waktu
maka kutawarkan sedikit air yang menjernihkan pikiranmu
air yang menghapus amarah dan pekik racauan kesakitanmu
aku dan Fatih, selalu berada di sampingmu
mengoleskan cinta sederhana pada lubang menganga di hatimu

Teta istriku
tahukah engkau di setiap kepulanganku ke kontrakan kita yang sederhana
aku menguras airmata karena melihatmu berduka
mengingatkan kita bahwa ini semua fana, bahwa kelak akan terjadi hal yang sama pada kita
menangislah hingga kau menyadari
ada aku dan Fatih yang sedia menopangmu, mengingatkanmu 
hidup tak sesederhana itu
tapi kompleksitasnya harus kita selami dengan kepala yang tegak dan hati yang dingin
menjernihkan semua sampai waktunya tiba


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass