IELTS dan Seisinya (Part I)

Mukadimah: 
Tulisan ini dibuat sebagai manifestasi nazar yang gua buat pada saat gua mendaftar untuk ikutan tes IELTS ini. I promised to share my experience in taking IELTS test if I could achieve overall score of 6.5 or above. Hopefully, it can give a lot of useful information for those of you who are going to take IELTS test. On this occasion, I will give a brief description of what it's going to look like if we plan to take IELTS Academic test.


1. Latar Belakang

Sekitar awal 2016, intensitas interaksi gua dengan data di pekerjaan yang gua geluti saat itu makin meningkat dan entah kenapa ketertarikan gua terhadap data tersebut memunculkan ide untuk melanjutkan pendidikan untuk mengambil gelar Master dengan spesialisasi data analysis atau data science. Nah, karena pada saat itu gua liat belum ada kampus di Indonesia yang mengakomodasi spesialisasi di bidang tersebut di level pascasarjana, muncullah niatan untuk ikutan apply ke kampus-kampus luar negeri.

Singkat cerita, salah satu dokumen yang dipersyaratkan untuk mengajukan lamaran ke universitas-universitas tujuan studi tersebut adalah sertifikat yang dapat merepresentasikan kemampuan Bahasa Inggris dan opsi yang tersedia bagi gua saat itu adalah TOEFL IBT dan IELTS. Pada bulan Juni 2016, gua mutusin untuk ikutan TOEFL IBT dikarenakan harga tesnya yang lebih murah hehehe. Tapi, setelah selesai tes, gua baru dapet informasi bahwa TOEFL IBT -meskipun diakomodir untuk memenuhi persyaratan sertifikat kemampuan bahasa Inggris di beberapa universitas- secara ironis, tidak lagi diakomodir oleh pihak imigrasi beberapa negara yang menjadi tujuan studi gua per April 2016 (CMIIW). So, dengan berat hati gua memutuskan untuk mengikuti tes IELTS sehabis lebaran meskipun waktu itu skor TOEFL gua udah melewati ambang batas yang dipersyaratkan di beberapa kampus dan penyedia beasiswa.

2. Pendaftaran

Gua inget banget begitu hari pertama gua masuk kerja setelah cuti 2 minggu lebaran, gua langsung gerilya cari info seputar pendaftaran IELTS ini. Berdasarkan info yang gua dapet, tes IELTS di Indonesia diadakan oleh British Council dan IDP (CMIIW, again). Tapi, karena satu dan lain hal (sebenernya karena alesan lokasi sih dan harga), gua milih untuk ikutan IELTS via British Council. Sekedar info, biaya yang perlu dikeluarkan untuk mendaftar IELTS di British Council (sampai blog ini dipost) flat sebesar Rp 2.700.000. Pendaftaran bisa lewat online atau langsung, tapi karena satu dan lain hal (baca: mager) gua pilih daftar online di sini.

FYI, ada 2 modul tes yang bisa dipilih yaitu Academic dan General. Modul Academic diikuti oleh partisipan yang mempersiapkan studi atau kegiatan akademis lainnya sedangkan modul General biasanya diikuti oleh partisipan yang akan mengurus visa kerja (setidaknya begitulah kira-kira dari perbincangan gua dengan beberapa partisipan lain pada Hari H). Nah, karena universitas-universitas tujuan mempersyaratkan modul Academic ini, ya gua memutuskan untuk ambil modul ini. Oh iya, catatan tambahan, perbedaan lain dari kedua modul ini adalah pada soal untuk writing and reading sectionSo, jangan sampe salah pilih.

Email Konfirmasi Registrasi IELTS dari British Council
Nah, setelah melakukan pendaftaran pada link di atas, gua dapet email konfirmasi dari British Council bahwa gua telah melakukan pendaftaran tes IELTS dan pembayaran harus dilakukan dalam waktu 3 hari kalender dan apabila tidak ada dalam pembayaran dalam rentang waktu tersebut maka posisi keikutsertaan gua pada tanggal yang gua pilih akan dirilis. Penting diingat, berdasarkan info yang gua baca dari pengalaman penulis blog ini, kalo nggak ada pembayaran, maka akun kita akan di-remove tapi email kita tetep di-record sama pihak British Council sehingga kalo kita mau daftar lagi, kita wajib menggunakan email yang berbeda (CMIIW).

3. Pembayaran

Nah, tahap selanjutnya adalah melakukan pembayaran. Pergilah gua ke BRI di seberang kantor dan melakukan transfer via teller (via mini atm di teller sih sebenernya). Setelah melakukan pembayaran, gua login ke akun IELTS gua dan mulai input detil pembayaran gua plus ngupload scan-an struk hasil transfernya. Ga lama abis itu, gua terima email dari British Council yang mengkonfirmasi pembayaran gua dan ngasi tau jadwal tes tertulis (listeningreadingwriting). Sayangnya, jadwal speaking masih menunggu konfirmasi lebih lanjut, tapi di situ disebutin kalo jadwal speaking gua adalah sehari setelah jadwal tes tertulis gua. Info ini juga bisa dicek lewat akun IELTS.

Email konfirmasi pembayaran


Status pembayaran di Akun IELTS gua

Satu hal menarik adalah begitu selesai melakukan pembayaran dan dapet konfirmasi email dari British Council, kita juga disuguhin free access ke materi latihan yang disediakan British Council secara onlineRoad to IELTS.

Penampakan Access Road to IELTS yang dikirim via email
4. Persiapan

Oke, ini bagian paling menarik sebenernya. Jadi, gua punya waktu sekitar satu setengah bulan untuk mempersiapkan keikutsertaan gua di tes IELTS ini. Gua mulai nyari-nyari info dari beberapa blog dan video di Youtube tentang gambaran umum IELTS test ini. Gua ga sengaja nemu channel IELTS Liz dan IELTSPracticeTest di Youtube. Kedua channel ini gua rekomendasiin banget buat yang lagi persiapan menghadapi si IELTS ini. IELTS Liz ngebahas dengan detail gambaran-gambaran topiknya sedangkan IELTSPracticeTest nyedain puluhan video simulasi speaking which I found very helpful. I used those videos to create a simulation of speaking section. They even have a simulation of how you can manage yourself in speaking section if you have to face a rude interviewer.

Untuk materi simulasi readingwriting, dan listening gua akses di ieltsmaterial.com. Di sana juga tersedia buku Cambridge 1-10 yang terkenal itu dan soal-soal IELTS riil yang pernah diujikan. Selain itu, gua juga beli buku Barron's untuk practice test. Barron's bisa dibeli di toko buku macam Gramed walaupun harganya relatif mahal, sekitar 300ribuan. Barron's juga nyediain bundle khusus IELTS terdiri dari 4 buku (kalo ga salah) seharga 700ribuan, so jatuhnya lebih murah. Ya, masih mendinglah daripada harus daftar special preparation yang harganya seharga sama biaya test IELTSnya (tapi kalo ada alokasi bujetnya, sangat direkomendasikan ikut preparation class ini).

Pendekatan persiapannya gua rancang seefektif mungkin karena harus gua sesuain dengan waktu kerja gua. Untuk speakingreading, dan listening gua alokasikan waktu setiap hari selama 4 minggu pertama sedangkan writing dialokasikan di 1 minggu terakhir full

  • Speaking
Sesi ini gua lakuin setiap hari setelah gua balik kerja meskipun harus menanggung sedikit malu sama temen kost gua (karena dikira ngomong sendiri wakaka). Tapi, menurut gua emang ga ada cara lain. Gua harus mulai ngelatih lidah gua supaya terbiasa dengan pronunciation yang bener. Bahkan, gua tetep ngelatih bahasa Inggris gua selama perjalanan dari kantor-kost atau kost-kantor dengan cara ngomong sendiri. Resikonya: tatapan nanar dari sesama pengendara.
Dikarenakan section ini terdiri dari 3 part, maka gua bagi untuk Minggu 1 fokus part 1, Minggu 2 fokus part 2, Minggu 3 fokus part 3, dan Minggu 4 gua rekap keseluruhan part.
Target: >= 6.5
  • Listening
Menurut gua ini section yang paling menghibur untuk dilatih. Gua menyibukkan diri gua dengan soal-soal listening dari Cambridge dan Barron’s. FYI, karena Listening di IELTS nantinya menggunakan speaker, maka gua gak merekomendasikan latihan dengan menggunakan headset/earphone supaya telinga kita lebih adaptif dengan kondisi riil tesnya. Sama dengan speaking, gua latihan ini sehabis gua kerja setelah gua nyampe kost. Tiap malem minimal 2 soal.
Gua gak melakukan konfigurasi khusus dalam latihan listening sebagaimana yang gua lakukan di speaking. Gua cuman tau Listening dari 4 part dan pembicaranya bisa menggunakan berbagai aksen, including the legendary accents: Scourse (Liverpool) and Scottish. Those two accents were amazingly difficult to follow. Nah, untuk mengantisipasi hal ini, gua mulai juga latihan dengan cara dengerin podcastnya BBC, ngikutin channel BBC news, dengerin post-match analysis dari EPL (Carragher sama Neville emang kampret aksennya), plus nonton film-film British (I would recommend Trainspotting and Lock Stock, oh and also The Bank Job). So, intinya: Get used to hear British Accent.
Target: >= 7.5
  • Reading
Now, we move on to the next sectionReading. Ini sebenernya, menurut gua section yang paling ngebosenin buat dilatih. Kenapa? karena bacaannya panjang-panjang dan membutuhkan ekstra ketelitian buat nyari jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan. Section ini gua latih di kantor pas istirahat jam makan siang.
FYI, waktu yang disediakan untuk mengerjakan test ini adalah 60 menit. So, gua mati-matian ngelatih section ini untuk bisa selesai kurang dari 50 menit supaya gua punya spare waktu untuk review jawaban gua. Untuk membiasakan diri dengan section ini, gua mulai rajin baca Jakarta Post, BBC, dan Daily Mail. Gua ga belajar secara khusus untuk memperdalam vocab which is very essential in this section. Instead of buying vocabulary book such as Collins and Barron’s, I decided to read those websites directly and find out any strange words' meaning by accessing Google Translate directly (Hail Googs!). Oh iya, gua lebih merekomendasikan soal-soal reading dari Cambridge karena bobot kesulitannya sedikit lebih tinggi dibandingkan soal-soal dari Barron’s (based on my personal experience).
Target: >= 7.5
  • Writing
Last but not least ladies and gentlemen, the writing section! Ini adalah ujian terberat dalam serangkaian sections di IELTS ini, menurut gua. Kenapa? Karena kita harus bisa mengaplikasikan berbagai macam vocabulary yang kita kuasai untuk menunjang penulisan kita. Selain itu, aspek koheren dan runutan logika juga harus diperhatikan. Writing terdiri dari 2 partPart pertama yaitu bagaimana kita menjabarkan statistik, diagram batang, diagram alur, grafik, dan berbagai visualisasi informasi lainnya ke dalam kata-kata. Gua berlatih pertama kali dengan mereview proper response yang ada di answer sheet Barron's. Setelah itu, gua ikut online course tentang IELTS di edx.org yang diadakan sama University of Queensland, Australia. Di situ, ada patterns yang udah disajikan sama pematerinya dan menurut gua cukup applicablePart kedua, kita disuruh membuat essay berdasarkan soal yang disuguhkan (mostly writing your argumentation towards certain issue(s)). Penting diingat, based on the best practice dari edx tadi, kita disarankan menyusun essay kita kedalam 1 Head Paragraph, 2 Body Paragraph, dan 1 Conclusion Paragraph. Ingat juga, bahwa ada batasan minimal kata yang harus kita tulis dalam kedua part tersebut (150 and 250 words respectively).

Target: >= 6.5

Ok guys, kira-kira gitu gambaran yang bisa gua jelasin mengenai proses registrasi dan persiapan. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass