Chaos is Harmony and Vice Versa

Banyak orang bilang, kita akan menghargai nilai sesuatu ketika benda itu hilang atau kita mengalami sesuatu pengalaman ekstrim yang terkait dengan 'sesuatu' itu.
Menghargai uang ketika kita benar-benar tidak punya uang.
Menghargai kelaparan ketika kita dijerat kelaparan yang amat sangat.
Menghargai ketidakmampuan ketika kita dikerangkeng oleh rasa penyesalan dan kebodohan
Menghargai tempat tinggal ketika kita kedinginan tidur di tepi jalan 
Menghargai keberadaan keluarga ketika perantauan adalah sebuah keniscayaan
Menghargai hal-hal berjalan normal ketika musibah menyapu habis segala normalitas dan kemapanan
Menghargai kesabaran ketika berada dalam satu konflik berkepanjangan
Menghargai cinta ketika kita kehilangan rasa cinta dari orang yang pernah kita cintai
Menghargai tiap detik peluh ketika normalitas sistem kerja tubuh mulai terganggu

Menghargai pejalan kaki ketika kita terpaksa menyeberang
Menghargai pemotor ketika terpaksa mengejar waktu dengan menumpang ojek
Menghargai pengendara mobil ketika kita baru belajar mengendarai mobil
Kadang sesuatu yang ekstrim adalah sentilan
Ekstrimisme memang tidak mengenakkan tapi ia tercipta dengan segala keniscayaan
dengan segala konsekuensi, dengan segala pilihan yang dapat kita pilih
dengan segala kenaifan konsekuensi logis dari ekspektasi muluk yang kita bentuk
dari segala kefanaan yang jelas-jelas mengalir dalam tubuh kita
Menghargai segala tutur kata lembut ketika kita dihujani angkara oleh orang lain
Ekstrimisme adalah suatu keniscayaan mutlak
Kita hanya pasrah, kita bukan yang berkehendak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass