Stagnansi Iteratif

Saat kita semua masih kecil dan ingusan, kita sering terburu-buru berkata bahwa kita ingin cepat dewasa.
Sayangnya banyak dari kita yang menyesalkan perkataan itu, termasuk saya.
Menarik mundur garis kehidupan, apa yang bisa kita lakukan untuk kembali ke dimensi waktu yang telah terdistraksi.
Lebih ekstrim lagi, pertanyaan-pertanyaan soal kehidupan
dan gugatan pada Tuhan soal hidup yang kian tergelincir dalam sebuah keadaan yang chaotik.
Saya sejujurnya ingin mengembalikan ke waktu di mana tak ada yang perlu saya cemaskan sama sekali.
Kadang ketika tua telah mendatangi fitrahnya,
kehidupan dewasa yang jadi angan semenjak dulu terlihat tak menarik lagi, bahkan cenderung memuakkan

Saya ingin kembali ke dalam momen di mana saya tak harus hadir di sini.
Saya ingin kembali ke dalam momen di mana saya tak harus memikirkan apapun selain diri saya sendiri.
Persetan dengan lingkungan, karena saya hidup dalam konteks kehidupan saya sendiri.
Terlalu banyak masalah dengan lingkungan membuat saya kadang jengah dengan kehidupan saya sendiri.
Begitu pun dengan hidup yang terlalu manis suatu saat
akan berganti dengan kucuran tuba yang mencekik leher sendiri.
sangat, sangat tidak menyenangkan.

Saya ingin kembali ke tempat di mana saya tak perlu mengaktualisasi diri saya sendiri seperti saat ini
Saya ingin kembali ke tempat yang natural tanpa perlu memikirkan perasaan orang lain
Saya ingin kembali ke tempat yang memang berangkat dari ketiadaan
karena kalau mau jujur, skenario beberapa hari terakhir memang tidak menjadi menarik lagi
saya kehilangan gairah.

Hal yang paling tidak saya suka dari bagian ini adalah
ada beberapa bagian dari diri saya yang ingin menggugat Tuhan secara keras.
Tapi, saya cukup rasional untuk tidak melakukannya.
Namun, perasaan dan niat itu tetap sesuatu yang membuat saya bergidik ngeri.
Ketika tak ada yang bisa benar-benar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan.

Dan seolah menjadi hukuman bagi saya,
Tuhan menjadikannya sebagai siklus yang benar-benar menjengahkan saya.
siklus yang berjalan stagnan dan iteratif
apa yang anda harapkan dari sebuah stagnasi yang iteratif.
Tak ada. Sama sekali tak ada.
Lalu, apa yang bisa kita perbuat? Tidak ada.
Karena ini berkah, anugerah, jalan suratan, kutukan, dan kesialan yang berpadu dalam ritme yang sama
dan kita tidak punya kuasa menolaknya.
Suka tidak suka
dan saya saat ini tidak menyukainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass