Bdg 25 Mei 2010

25 Mei 2010
Hujan turun begitu tak sopan sedari jam 3 sore.
Dan saya masih tercenung berpikir apa yang menjadi beban pikiran selama beberapa hari.
dia, pulang ke jakarta selama 2 minggu
dan kami benar-benar hilang komunikasi
tapi entah kenapa perasaan saya mulai tak enak
sepertinya sesuatu yang saya khawatirkan akan terjadi sebentar lagi

hujan masih cukup deras
dan perut sudah meronta minta diisi
saya bergegas mengambil helm dan memakai jaket dua lapis untuk menahan dingin
masih ada harapan setidaknya, bilamana mungkin saya akan bertemu dia di jalan
sore itu, langit berubah menjadi gelap kebiru-biruan.
mikrofon mesjid bergaung dan menimbulkan suara nyaring meski sayup

motor saya sudah sampai di bundaran ketika saya tanpa sengaja mengenali sosok yang saya rindukan
berjalan mengenakan sweater biru dongker
tertawa bersama teman-temannya.
itu dia.
motor pun saya rem dan  menimbulkan suara yang tidak enak
percikan air dari genangan membasahi trotoar di tepian
saya menawarkan tumpangan padanya, tapi dia menolak dengan senyum terpaksa
air mukanya berubah seperti menyimpan beban.

saya kecewa dan memperkirakan waktunya akan segera tiba
setelah nasi bungkus dibayar, motor dengan cepat saya gas kembali ke kostan.
setelah shalat Maghrib, perasaan gelisah sedari tadi sore tak bisa saya tahan
saya pun menelponnya, sekedar menanyakan apa ada yang salah, apa ada kesalahan yang saya lakukan
suaranya menjadi parau, tapi tetap bernada riang sebagaimana ia biasa bicara.
tapi ada satu kata yang saya tak mengerti artinya ketika itu
satu kata yang memang sudah saya khawatirkan untuk muncul di akhir hubungan ini
dan dia, seperti dugaan saya, minta putus untuk kedua kali

ya, putus
dan saya mencoba bernegosiasi
emosi, amarah, kesal, penasaran, sedih, heran dan takjub bergabung menjadi satu dalam diri saya
hujan kian turun deras tapi saya tak peduli
saya mencoba menanyai sekali lagi apa yang dia bilang
berharap bahwa kata-kata itu hanyalah akibat dari kesalahan pendengaran yang disebabkan derasnya hujan ketika itu
tapi ia menegaskan sekali lagi
dan saya tahu semua sudah berakhir, seperti yang saya khawatirkan.

saya tak bisa bicara,
saya terdiam.
lama setelah itu, tetesan pertama mulai benar-benar keluar dari kelopak mata
saya berharap ini cuma mimpi buruk
sayangnya tidak.
ini nyata.

saya autopilot
pikiran saya tiba-tiba kosong
hujan di luar berangsur reda namun petir enggan undur diri
dan menghujam perasaan saya dengan notasi yang tak saya mengerti

saya keluar
menaiki motor saya yang setia
dan mulai mengendarainya dalam gerimis
tak tahu harus kemana
tak tahu apakah ini benar-benar nyata.
dan ini nyata.

dan besok,
adalah hari pertama matahari menyapa, tanpa ada sapaan mesra di ponsel saya.
kiamat kecil baru saja terjadi di malam itu.
kiamat kecil pada 25 Mei 2010.
Dan petualangan soal kemalangan baru saja dimulai.
Dan petualangan soal penantian dimulai pada malam itu.
dunia benar-benar runtuh pada malam 25 Mei 2010.
dunia saya benar-benar runtuh malam itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass