Ah, Realita. Ah, Kenyataan.

kemarin lusa, wina akhinya menyapa lewat email.
Dia mungkin gak bisa liat, betapa saya terjingkrak-jingkrak tak percaya melihat namanya ada di inbox saya.
mimpi apa saya semalam,
kami cuma ngobrol sebentar.
sudah lama saya sebenarnya ingin menyapa dia terlebih dahulu,
tapi ada rasa waswas bahwa dia masih marah pada saya
jadi saya urungkan niat itu, sampai datang email darinya kemarin
saya pikir jalan untuk rekonsiliasi (baca: balikan) akan terbuka lebar
Oleh karena itu,
saya dengan tanpa pikir panjang segera mengirim email lagi padanya pada keesokan paginya
saya cuma ingin minta nomor teleponnya.

saya kurang beruntung.
Entah karena alasan yang saya tidak tahu pasti
saya tidak tahu apakah dia menerima, membaca atau mungkin tidak sempat membaca email tersebut
atau mungkin membaca email tersebut tapi tak ada respon sama sekali
mungkin saya yang terlalu kegeeran dan percaya diri bahwa masa indah yang dulu pernah saya alami
akan terulang lagi
mungkin dugaan saya salah, mungkin dia cuma ingin tau kabar terbaru, tidak lebih.

tapi seperti biasa, saya selalu bertindak seperti orang bodoh ketika saya jatuh cinta.
sejak saya mengirim email tersebut, saya tak henti-hentinya membuka halaman yahoo.
hanya demi menantikan setidaknya ada email balasan dari dia.
namun, hingga post ini ditulis, tak ada email darinya.
well, mate. Kadang otak kita pindah ke dada ketika kita jatuh cinta.
Dan saya menikmatinya, menikmati memandang sesuatu dari sudut pandang yang jauh dari logika.

Keesokan pagi, seperti biasa, saya lesu kembali
harapan yang sempat tumbuh, pudar lagi
dan saya tau mungkin ini tidak bisa terjadi lagi
Jadi, saya kembali ke kehidupan saya yang normal
seolah tidak pernah terjadi apa-apa
berpura-pura, seolah tidak pernah terjadi apa-apa
padahal di dada sakit merintih.

But it's ok.
just get back to life.
As I said before,
Kalau saya tidak bisa berbahagia
minimal orang-orang yang saya cintai bisa berbahagia dan tidak mengalami segala kesusahan yang sedang saya rasakan

Mari kembali ke realita. Mari kembali ke bugs. Mari kembali sakit telinga menahan omelan user-user cerewet.
Mari kembali kepada apa-apa yang nyata.

Andai dia bisa melihat betapa konyolnya saya melompat-lompat kegirangan ketika menerima email darinya. Ah, andai semua bisa jadi kenyataan.

Adieu

Riki Akbar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass