Mahasiswa-mahasiswa Tolol

Are we human? or are we dancers?
and I'm on my knees looking for the answer

Bait di atas itu penggalan lagu dari The Killers - Human.
Sambil mendengar lagu ini,
saya gak sengaja melintas di forum aspirasi mahasiswa di kampus saya.
scroll demi scroll.
Hanya sedikit yang benar-benar beraspirasi dengan cara yang etis, dengan jalan yang elegan
Kalau bukan iklan, maka "aspirasi-aspirasi" tersebut penuh dengan nada makian
sarkasme dan paradoks menguap di antara sesama mahasiswa
hingga tercetus justifikasi tentang pemenang-pemenang debat
menyatakan sayalah pemenang, andalah pemenang, dialah yang kalah dalam debat ini.
Yea, something like that

Banyak post yang tidak seharusnya muncul dan dimunculkan
karena hanya dengan berlindung di balik ambiguitas makna "aspirasi" itulah
Post-post itu tetap dijaga, di bawah ancaman cacian para penulisnya
di bawah cacian dan ancaman para penulisnya (yang berteriak bersenjatakan HAM dan kebebasan berpendapat)

Menyedihkan, lebih menyedihkan ketika terdapat kata-kata orangtua di setiap cacian
menyedihkan melihat forum yang didirikan oleh orang-orang yang menjustifikasi diri mereka
dari kalangan terpelajar, intelektual muda.

Belum lagi perusuh-perusuh yang tak mau dianggap perusuh
dengan gemilang menebar spam di sepanjang halaman namun tak mau dituding sebagai perusuh
"bocah-bocah tua" produk kampus yang sibuk saling mencaci
saling intimidasi dengan kekerasan verbal hingga intervensi soal kekerasan fisik
bocah-bocah tua yang mengedepankan penggunaan otot dibanding manifestasi otak.
Di level mahasiswa seperti ini.
seolah menjawab pertanyaan besar mengenai tawuran yang diindahkan oleh pelajar-pelajar SMA.

Pertanyaan selanjutnya,
apakah kita ini manusia atau sekumpulan penari yang menghibur dengan kumpulan caci dan maki
dengan kumpulan lawakan satire yang meneror individu lainnya.
saya rasa kita sebagai manusia memiliki kapabilitas untuk lebih dari sekedar penghibur itu
saya benar-benar tak tahu lagi tindakan apa yang dapat meredam bocah-bocah tua itu.

Semenjak Soeharto turun dan reformasi bergulir mulus
diakui memang, kebebasan berbicara mengemuka dan di-Tuhan-kan oleh sekelompok
aktivis maniak pro-HAM
tapi, kadang dibutuhkan sedikit bumbu otoritarian dan intimidasi tirani pada bangsa ini,
agar lautan tulisan dan kata-kata, setidaknya terfilter dari idiom-idiom menjijikkan
idiom-idiom yang merefleksikan kualitas otak kita yang jongkok
idiom-idiom yang merefleksikan kapabilitas otot yang melebihi volume otak kita.

Toh tak salah orang-orang luar menganggap kita sebagai bagian dari sistem negara yang autopilot
bagian dari jamrud pecah yang berserak menjadi pasir-pasir abstrak
bagian dari rangkaian kristal yang pecah dengan sendirinya sebab eksplosivitas kimiawi internal.
Tak salah dan memang tak salah.
Toh, pemuda kita memang tak bisa apa-apa selain berdebat,
pun itu dilakukan tanpa otak, dan tidak cantik sama sekali.
Toh, memang seperti itu realitanya.

So, Are we human? or are we dancers?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass