Job Hunting

Assalammualaikum, selamat pagi semuanya!
saya menulis post ini di waktu yang tidak seharusnya. Di waktu yang mengharuskan saya berada di masjid atau lapangan terbuka untuk melaksanakn shalat Idul Adha. Namun, rasa kantuk yang tidak tertahankan akibat lembur semalam membuyarkan segalanya.

Agak lama tidak menulis lagi, saya disibukkan dengan kegiatan sebagai job hunter. Ya, saya berencana resign dari kerjaan yang sekarang dan mungkin berniat pindah ke pekerjaan yang -menurut saya- lebih baik dari segi skill improvement maupun benefit (including salary, of course). Mencoba mencari pengalaman sebanyak-banyaknya mumpung masih muda.

Dengan tekad bulat, saya mampir ke Jobfair ITB pertengahan Oktober lalu dan mendaftar di beberapa perusahaan termasuk Telkomsel dan Oberthur (nama gak perlu saya sensor ya). Oke seperti biasa, di stand Telkomsel yang berada satu kompleks dengan stand Telkom Group jelas sekali menunjukkan pemandangan yang melelahkan dengan antrian para pelamar yang mengular panjang. So, saya tunda untuk berencana mengunjungi stand Telkomsel dan beralih ke stand Oberthur yang memang lebih sepi. Saya tertarik dengan posisi Software Engineer - Tester yang mereka tawarkan setelah sedikit bertanya mengenai jobdesc posisi tersebut pada seorang mbak-mbak yang manis. Oke, lamaran berlangsung lancar dan saya dikabari mengenai ujian teknis yang akan dilaksanakan jam 2 siang. FYI, saat itu masih menunjukkan jam 12 siang. So, saya harus menunggu. Untuk membunuh waktu, saya mengantri di line Telkomsel dan setelah 1 jam mendapatkan kesempatan untuk input data lamaran pada sebuah laptop yang mereka sediakan. Done.

Tak disangkan, SMS masuk dari Oberthur mengatakan bahwa saya diundang tes teknis jam 3. Jelas mengagetkan karena saya udah booked tiket cipaganti untuk langsung balik ke Jakarta jam 4. Dengan sedikit negosiasi, tes saya dimajukan ke jam 2 dan selesai jam 2.45 siang. Oke, done. Karena sampai jam 3 tidak ada kabar, saya memutuskan untuk segera lari dan bergegas untuk kembali ke Jakarta. Namun, ketika kaki saya baru keluar dari arena Jobfair, SMS lagi-lagi masuk dari Oberthur dan mengabarkan bahwa saya mendapat kesempatan untuk masuk ke fase wawancara HR. Saya berbalik dan mengejar ruangan wawancara dengan diantar oleh pewawancara saya, Pak Indra. Wawancara berjalan lancar karena Pak Indra cukup pandai mencairkan suasana dan mengesankan wawancara itu sebagai obrolan santai semata. Menurut saya, wawancara Oberthur inilah yang paling santai dan tidak menegangkan dibanding wawancara-wawancara lainnya yang pernah saya lakukan dan beliau, Pak Indra, jelas memiliki softskill  yang mumpuni untuk mencairkan dan mengeksplor orang yang diwawancarainya tanpa harus bersikap intimidatif. Salut untuk beliau.

Wawancara berakhir, saya pun bergegas kembali ke Jakarta.

Empat hari setelah Jobfair, memutuskan izin tidak masuk kerja dan pergi ke Wisma BCA Asia di Slipi untuk psikotes posisi Staf IT Business Analyst. Psikotes berjalan lancar dengan sederet soal legendaris seperti Hitung deret, Asosiasi verbal, dan tentu Paulin yang tersohor itu. Mitos yang menyebutkan bahwa psikotes di Bank memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi memang terbukti, setidaknya menurut pengalaman saya. Lolos dari psikotes I, saya melanjutkan psikotes II dan kembali lolos ke fase wawancara psikolog yang akan dilaksanakan keesokan harinya. Cuma, karena satu dan lain hal, saya berhalangan untuk wawancara psikolog pada keesokan hari dan meminta reschedule. Permintaan dikabulkan dengan terluncurnya kalimat sakti: "Oke, nanti kita kabari lagi kapan waktu reschedule-nya". Sejak saat itu, BCA belum lagi mengontak saya.

Fase job hunting, dilanjutkan satu minggu setelah psikotes BCA karena saya mendapat undangan interview user  di Oberthur yang berkantor di salah satu gedung perkantoran di bilangan Sudirman. Tak dinyana, saya bertemu kawan semasa kuliah di sana, Agy Herlangga, yang sekarang berposisi sebagai Software Engineering di Multipolar. Kami banyak bertukar cerita dan pada akhirnya mengetahui jalan kami masing-masing. So, ketika waktu interview tiba, saya kemudian mengakhiri pembicaraan dan naik ke lantai 18 di mana Oberthur berada.

Setelah menunggu beberapa menit dan disuguhkan dengan beberapa lembar mini-psikotes, saya diundang masuk oleh Pak Markus dan memulai wawancara dengan Bahasa pengantar Inggris. Saya sadar, saya tak bagus-bagus amat dan juga tak jelek-jelek amat dalam berbahasa Inggris, namun kenyataannya beliau mengerti apa yang saya ucapkan. Oke, wawancara selesai dan Beliau mengatakan mungkin akan ada lanjutan fase wawancara dengan Tester Manager minggu depan. Well, we'll see.

Sorenya, saya mendapat email dari Telkom Group sebagai salah satu peserta psikotes yang akan dilaksanakan Selasa, 30 Oktober 2012. Sialnya, Selasa malam saya harus standby di kantor untuk keperluan Go-Live Production aplikasi yang saya kerjakan. Dengan berat hati, saya memutuskan untuk tidak ikut psikotes di Bandung. Mungkin memang belum rezekinya.

Saya selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk tiap kali saya memutuskan untuk masuk Fase Job Hunting. Persiapan memang faktor penting sebagaimana quote terkenal dari Film The Mechanic, Victory Loves Preparation. Ya, kemenangan amat tergantung pada tingkat kematangan persiapannya. Namun, mencari pekerjaan adalah sesuatu yang tidak absolut dapat terprediksi seperti formula matematis yang baku. Faktor X turut bermain dalam fase ini sehingga sebagian orang bahkan menyebut fase ini mirip seperti fase di mana kita mencari jodoh kita. Nasib dan keberuntungan juga turut bermain. Itu benar-benar terjadi. So, siapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk supaya kita tidak terjebak pada permainan 'harapan palsu' yang biasa dimainkan dengan baik oleh perusahaan-perusahaan yang kita lamar. Itu benar-benar terjadi.

So, that's all, wish you guys the best luck in job hunting!

Adieu. Au Revoir.

Riki Akbar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Cerita di Balik Lagu-lagu OASIS

Bandung

Sandwich Generation My Ass